Selasa, 18 Mei 2010

pilem kedua

filem ke dua(bermain bola antara orang barat dan orang jepang) beginini ceritanya:
bermula dari kedatangan orang barat memasuki stadion disambut dengan tepuk tangan dan sorak sorai penonton hinga ada yang meminta tanda tangan dengan membawa minuman(XXXX) setelah menerima tandatangan ia memberi hormat dengan membungkukkan badanya. dan ........ selanjutnya.
pendapat saya adalah: kadang kala akal dan logika bisa menyelamatkan kita. dari filem kedua si pemain barat(si barat) menarik kesimpulan disaat yang keritis saat ia menjadi algojo saat pinalti digawang si pemain jepang(si timur) yang dijaga ketat oleh pemain si jepang(pagar betis) ia mengingat tradisi si timur waktu ia baru masuk stadion, bila kita hormat(menundukan kepala) maka si timur akan balas memberi hormat. maka ia sebelum menendang bola pinalti, ia hormat dulu dan waktu si jepang hormat ia menendang bola dan bola masuk kegawang si jepang.



nb:

membaca situasi sekitar bisa memecahkan masalah hidup. kurang lebih begitu dah ...........

pilem ke satu

pendapat saya tentang filem(sepak bola antara manusia dengan iblis) kemaren adalah:
dari permainan awal hingga akhir menceritakan si iblis dalam permainanya kasar dan penuh dengan pelanggaran(tapi tidak pernah ditilang), sedangkan si manusia dengan positif tingking dan jiwanya yang lurus untuk permainan yang sportif, tetap menjaga sportifitas permainan dalam lapangan hingga membuahkan hasil. dikarenakan selalu bejiwa positif dan sportifitas yang tinggi dalam permainan hingga cerciptanya kesempatan untuk pinalti maka tidak dilewatkan begitu saja oleh si manusia, denga jiwa yang besar dan kembalilagi semangat sportifitas yang tinggi algojo pinalti si manusia bisa mengekskusi pinalti dengan gemilan membuahkan satu goal, walau penjaga gawang si iblis menjaga gawangnya dengan rapat sekali(kiper mempunyai sayap merentangkan sayapnya hingga kesisi gawang) tapi sialgojo manusia sanggup menjegol gawang lawan dengan menembus perut si iblis(penjaga gawang) dan meledaklah si iblis.

nb:

pokoknya dengan usaha yang benar dan terus mencoba dengan tak kenal lelah di suatu hari nanti akan membuahkan hasil yang manis, entah kapan, dimana, sampaikapan, bahkan takterpikirkan atau tak disangka sama sekali kedatanganya.

amin.

Senin, 10 Mei 2010

nenek luhu

Covernya.
Alamat : http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore.php?ac=199&l=nenek-luhu.

Judul : nenek luhu.
Asal cerita : maluku, ambon.
Diceritakan kembali oleh : samsuni

Jadi : latar, perwatakan, cerita, alur, dan tema.
1. lata.
Pada jaman penjajahan belanda, disuatu kampong terpencil, masih jaman kerajaaan.
2. perwatakan.
Si luhu dulunya putrid kerajaan luhu, baik hati, tidak sombong,cantik,ramah.
3. cerita
menceritakaan penjajahan belanda ditanah air dikarenakan kerajaan luhu sangat subur dengan kekayaan alamnya, jadi belanda tertarik untuk merampasnya.
4. alur.
Padawaktu Indonesia masih jaman kerajaan. Dan karena kekayaanya belanda tertarik untuk merampasnya.
5. tema.
Jadi belanda memang serakah dalam memperkaya negaranya sendiri apapun cara dilakukan untuk tujuanaya dan segala cara dihalalkan.
Kesuburan Indonesia, keramahan, kemakmuran dan kekejaman penjajah.



Sinopsisnye:

Padajaman dahulu di maluku, ambo nada kerajaan yang sangat kaya, dan rajanya punya tiga anak, dua laki laki satu perempuan. Yang perempuan bernama luhu dan sangat cantik.
Kerajaan tersebut sangat kaya hinga terkenal keluar daerah. Hingga belanda dating untuk menjajah kerajaan tersebut. Kerajaan kalah dan keluarga kerajaan mati semua, kecuali siputri luhu. Kemudian siluhu diperkosa ama gubernur belanda.
Ia disekap, tapi bisa melarikan diri dan singgah dikerajaan tetangga. Karena hamil putrid luhu kabur darikerajaan, dicari tidak pernah ketemu dan waktu hujan besar putrid luhu berdoa supaya tidak ditemukan. Hingga sekarang di ambon kalau hujan orang orang pada masuk rumah biar tidak diambil putrid luhu atau nenek luhu.

Sabtu, 01 Mei 2010

resensi buku

Resensi Buku

Ada pengumuman di studentsite dan Wartawarga tentang lomba menulis resensi buku untuk mahasiswa Universitas Gunadarma. Sebuah berita baik bagi mereka yang suka membaca dan ingin menulis tentang apa yang sudah diperolehnya dari bacaan. Membaca (saja) memang sering kali tidak cukup, kan? Membaca tidak hanya menambah wawasan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi si pembaca, tetapi juga bisa menjadi ladang berbagi (ilmu) kepada sesama. Salah satu caranya adalah dengan menuliskan resensi atas buku yang telah selesai dibaca.

Berdasarkan berbagai sumber bacaan yang ada aku coba tuliskan beberapa hal tentang resensi buku. Semoga bermanfaat untuk mereka yang berminat mengikuti lomba dan siapa saja yang ingin membuat resensi.

Kata resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Kedua kata tersebut berarti melihat kembali, menimbang, atau menilai. Dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah recensie dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Berbagai istilah tersebut mengacu kepada hal yang sama yaitu mengulas sebuah buku. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan resensi sebagai ”Pertimbangan atau pembicaraan tentang buku, ulasan buku.”

Tujuan penulisan resensi adalah:

1. Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku. Ini bisa membantu orang (publik) yang belum berkesempatan membaca buku yang dimaksud atau membantu mereka yang memang tidak punya waktu membaca buku sedikitpun.

2. Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku

3. Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Walau pun bisa saja bersifat subyektif, meresensi buku berarti belajar menyampaikan kritik dan koreksi juga terhadap sebuah buku.

4. Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan. Kalaupun tidak bisa mendapatkan undercover story-nya, peresensi tetap bisa mengacu pada kata pengantar atau prolog yang terdapat dalam sebuah buku. Informasi dari pemberitaan di media massa juga bisa digunakan.

5. Mengetahui perbandingan buku yang telah dihasilkan penulis yang sama atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis.

6. Bagi penulis buku yang diresensi, informasi atas buku yang diulas bisa sebagai masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan selanjutnya. Peresensi memang bisa memberikan kritik yang tajam baik itu dari segi cara dan gaya kepenulisan maupun isi dan substansi bukunya. Sedangkan, bagi penerbit bisa dijadikan bahan evaluasi karena biasanya peresensi juga menyoroti soal jenis huruf, mutu cetakan, ilustrasi sampul, dsb.

Sistematika Resensi

Sistematika resensi atau bagian-bagian resensi dikenal juga dengan istilah unsur resensi. Unsur yang membangun sebuah resensi adalah 1) judul resensi; 2) data buku; 3) pembukaan; 4) tubuh resensi; dan 5) penutup.

1) Judul Resensi

Judul resensi harus menggambarkan isi resensi. Penulisan judul resensi harus jelas, singkat, dan tidak menimbulkan kesalahan penafsiran. Judul resensi juga harus menarik. Namun judul yang menarik pun harus sesuai dengan isinya. Jangan sampai judulnya saja yang menarik, sedangkan isi tulisannya tidak sesuai.

2) Data Buku

Secara umum data buku yang biasa dikemukakan dalam penulisan resensi adalah judul buku, pengarang (juga editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar), penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.

3) Pendahuluan

Bagian pendahuluan dapat dimulai dengan memaparkan tentang pengarang buku, seperti namanya, atau prestasinya. Ada juga resensi novel yang pada bagian pendahuluan ini memperkenalkan secara garis besar apa isi buku novel tersebut.

4) Tubuh Resensi

Pada bagian ini penulis resensi (peresensi) boleh mengawali dengan sinopsis novel. Biasanya yang dikemukakan pokok isi novel secara ringkas. Jika sinopsis telah diperkenalkan selanjutnya adalah mengemukakan kelebihan dan kekurangan isi novel tersebut ditinjau dari berbagai sudut pandang—tergantung kepada kepekaan peresensi.

5) Penutup

Resensi biasanya diakhiri dengan sasaran yang dituju oleh buku itu dan penjelasan apakah memang buku itu cocok dibaca oleh sasaran yang ingin dituju oleh pengarang atau tidak. Berikan pula alasan-alasan yang logis.

Pada saat menulis resensi, bagian atau unsur di atas tidak perlu dibuat sebagai sub judul tersendiri tetapi pastikan bahwa tulisan sudah memuat bagian atau unsur tersebut.

Resensi Novel

Untuk meresensi novel terlebih dahulu kita harus memahami unsur-unsur pembangun novel. Unsur pembangun novel tersebut antara lain: latar, perwatakan, cerita, alur, dan tema. Latar biasanya mencakup lingkungan geografis, dimana cerita tersebut berlangsung. Latar juga dapat dikaitkan dengan segi sosial, sejarah, bahkan lingkungan politik dan waktu. Perwatakan artinya gambaran perilaku tokoh yang terdapat dalam novel. Pembaca harus dapat menafsirkan perwatakan seorang tokoh. Cara penggambaran watak ini biasanya bermacam-macam. Ada penggambaran watak secara deskriptif dan ada pula secara ilustratif. Cerita novel bisa meliputi peristiwa secara fisik—seperti perampokan, pembunuhan, dan kematian mendadak, namun juga peristiwa kejiwaan yang biasanya berupa konflik batiniah pelaku. Alur berkenaan dengan kronologis peristiwa yang disampaikan pengarang. Sedangkan tema merupakan kesimpulan dari seluruh analisis fakta-fakta dalam cerita yang sudah dicerna.

Tahapan dalam Menulis Resensi

Secara garis besar tahapan dalam menulis resensi (novel) adalah:

1. Tahap Persiapan: (a) Membaca contoh-contoh resensi; dan (b) Menentukan buku yang akan diresensi.

2. Tahap Pengumpulan data: (a) Membaca buku yang akan diresensi; (b) Menandai bagian-bagian yang akan dijadikan kutipan sebagai data; (c) Menuliskan data-data yang penting untuk penulisan resensi.

3. Tahap Penulisan: (a) Menuliskan identitas atau data buku; (b) Mengemukakan sinopsis novel; (c) Mengemukakan kelebihan dan kekurangan novel (baik substansi isinya maupun cover dan cetakan fisiknya) atau membandingkan dengan novel lain; (d) Mengemukakan sasaran pembaca; dan (e) Mengoreksi dan memperbaiki resensi berdasarkan susunan kalimatnya, kohesi dan koherensi karangan, diksi, ejaan dan tanda baca.

4. Tahap Publikasi: (a) Mengirimkan pada media yang sesuai (koran, majalah, tabloid, atau mengunggah pada blog pribadi), setiap media umumnya mempunyai persyaratan jumlah halaman tertentu; (b) Menyertakan cover halaman depan buku.

Terkait dengan lomba resensi novel yang sekarang berlangsung, tentu harus ditambahkan juga kriteria yang ditentukan oleh penyelenggara lomba.

Nah, selamat menulis!